Mendengar Suara Yang Membangunkanku
Selasa, 9 November 2021 19:13 WIB
Cerpen membahas suara tertentu terjadi pada malam hari. Meskipun hanya terdengar sekali namun suara tersebut jelas sekali. Yuks simak kisahnya.
Mendengar Suara Yang Membangunkanku
Pengenalan.
Saya mendengar ada salah satu suara yang memanggil dan membangungkanku pada dini hari sekitar pukul 02.00 hingga 03.00 pagi. Suara itu begitu jelas terdengar di telinga laksana pengeras suara yang mengarah ke telingaku. Uniknya hanya saya yang mendengar suara tersebut, sementara yang lain tidak ada yang mendengarnya atau tertidur pulas.
Saya tidak tahu, apakah kisah ini merupakan cerita horror atau bukan yang layak untuk diceritakan? Tapi, peristiwa ini yang terjadi pada pertengahan Juni tahun 2014 tidak bisa saya lupakan hingga sekarang. Peristiwa yang masih membekas dan menjadi pengalaman tersendiri. Sebelum lanjut, tidak ada salahnya saya memperkenalkan diri ke hadapan para pembaca.
Nama saya adalah Stefan dan tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Saya sudah berumah tangga dengan dua orang anak. Saya, istri, dan ke dua anakku tinggal di rumah tersebut sejak tahun 2014 hingga sekarang dan melaluinya dengan kondisi normal. Awal tinggal di rumah kontrakkan Bekasi, Jawa Barat tidak ada kondisi yang aneh, dan tidak ada hal yang mistis terjadi. Hanya saja rumah kontrakkan tersebut belum pernah ditempati lagi pasca tahun 2009.
Bayangkan selama lima tahun tidak ada keluarga atau perorangan yang bersedia menempatinya. Sementara rumah yang berada disebelah kiri atau kanan sudah mengalami gonta-ganti pengontrak. Padahal harga atau biaya kontrakan tidak terlalu besar alias terjangkau plus pihak pengelola yang kondusif. Tapi itulah realitasnya yang terjadi sehingga perlu disikapi secara sehat dan positif.
Dan barulah ditempati kembali pada awal tahun 2014 oleh saya selaku Stefan dan Istri sebagai suatu keluarga. Kami berdua sudah lama menikah sejak tahun 2010 dan dianugerahi dua orang anak, perempuan dan laki. Pasca menikah, Saya dan istri selalu berpindah-pindah rumah kontrakkan hingga akhirnya pindah dan menempati rumah tersebut. Rumah kontrakkan yang kelak ditempati agak lebih baik dari rumah kontrakkan sebelumnya.
Rumah Kontrakkan
Saya melihat rumah kontrakkan yang kelak ditempati memiliki keunggulan atau kelebihan yang tidak sedikit. Lapangan yang luas untuk parkir mobil, keramah-tamahan dari pemilik rumah, dan suasana yang kondusif. Rumah kontrakkannya menghadirkan kebebasan yang penuh tanggung jawab dan harga yang sepadan. Tidak terlihat suasana yang seram karena semuanya tampak normal dan menyejukkan.
Saya dan istri plus anak-anak juga berpikir positif karena banyak juga keluarga yang tinggal di komplek tersebut. Pemilik rumah kontrakkan pun membuat regulasi yang tidak menyulitkan, seperti anggota keluarga maksimal 4 orang, tidak boleh ada parkir mobil, dan lainnya. Dan kami sebagai suami-istri bersedia menyanggupinya dan tidak menanyakan apakah ada situasi aneh yang terjadi sebelumnya.
Istri dan ke dua anakku juga terlihat senang dengan tempat baru karena merasakan suasana halaman plus pagar yang luas dan aman. Kami pun membayar besaran uang kontrakkan sebesar Rp 670 ribu kepada pemilik rumah yang bersangkutan. Dan mulai memindahkan perabotan dan perlengkapan dari rumah kontrakkan sebelumnya menuju rumah yang kelak ditempati.
Pasca memindahkan dan merapikan perabotan ke rumah kontrakkan, maka tibalah saatnya untuk beristirahat malam. Tidak ada hal aneh yang terjadi dan semuanya berlangsung positif selama 2 bulan terhitung Februari 2014 hingga Juni 2014. Tentunya, kenyamanan dan keamanan tersebut juga disertai dengan doa atau harapan yang dipanjatkan anak, istri, dan saya sendiri.
Lokasi rumah kontrakkan yang berada pada posisi strategis dan luas lahan yang memanjakan para pengontraknya. Di dalamnya terdapat mobil angkotan yang notabene merupakan milik dari pengelola yang bersangkutan. Dan berjarak 100 meter hingga 200 meter dari rumah tinggal ke jalan raya sehingga terasa kemudahan dan kelancarannya. Dan tersedia angkot yang beroperasi dari pukul 05.00 pagi hingga pukul 21.00 malam.
Kedatangan Saudara Ipar (Bagian 1)
Hal ihwal menempati rumah kontrakkan tersebut diluaskan pihak istri kepada adik ipar melalui perangkat komunikasi. Tentu, pihak adik ipar tersebut menyambut hangat berita positif tersebut dengan mendatangi rumah kontrakkan. Kedatangan beliau tidak hanya bertamu, tapi juga menginap selama dua hari satu malam. Saya dan istri plus anak-anak menyambut gembira perspektif yang dimaksud.
Kedatangannya yang terjadi pada bulan Maret 2014 menghasilkan dampak biasa yang normatif. Anak-anak senang dengan kedatangannya dan mengajak bermain meskipun durasi yang terlihat tampak singkat. Bahkan ketika adik ipar menginap di rumah kontrakkan, tidak terjadi hal negatif yang menuai kejadian aneh. Bahkan beliau pun tidak merasakan sudut pandang apapun yang menuai kontroversi.
Adik ipar yang bernama Romi (nama samaran) merasa senang dan bahagia dengan kondisi tempat tinggal yang baru. Lokasi yang strategis, aman, nyaman, pagar besi, dan parkir motor yang memadai sehingga tidak perlu kuatir kehilangan. Plus kehadiran pemilik rumah itu sendiri yang ramah dan turun tangan untuk melahirkan kesejukkan yang maksimal terhadap para pengontrak.
Pasca adik ipar menginap selama dua hari satu malam, terlihat raut wajahnya yang gembira. Dan Romi meminta izin kepada saya dan istri untuk pulang kembali ke tempat tinggalnya yang berlokasi di Jakarta Pusat, khususnya Gunung Sahari. Adik iparku tersebut juga tinggal di rumah kontrakkan dan bekerja di daerah Jakarta Utara, yang tidak jauh dengan lokasi tempat tinggalnya.
Berangkatnya adik iparku Romi menuju tempat tinggalnya bukanlah akhir dari sesuatu, karena kelak datang berkunjung. Tinggal menunggu momen yang tepat dan terbaik, tentunya waktu luang yang tersedia untuk menjenguk kami dan anak-anak selaku keponakannya. Komunikasi berjalan intensif untuk saling menanyakan kabar atau bertukar pandangan terkait segala sesuatu.
Kedatangan Saudara Ipar (Bagian 2)
Sebenarnya, kedatangan adik iparku Romi ke rumah kontrakkan yang kami tempati tidak hanya sekali. Melainkan sudah beberapa kali, hampir tiap minggu Romi datang ke rumah untuk menjenguk dan melihat kami semua. Tentu, tidak ada yang salah karena semuanya normatif dengan tujuan saling mengasihi dan menyayangi. Hingga akhirnya, beliau datang kembali dan menginap pada momen Piala Dunia 2014.
Romi menginap dan sekaligus bermain bersama dengan keponakannya yang notabene adalah anak-anakku. Beliau dan saya menyukai pertandingan Piala Dunia 2014 dan berniat menontonnya. Ironisnya, perangkat televisi yang dimiliki tidak maksimal sehingga membuat saya enggan menontonnya. Sementara, Romi berniat menontonnya meskipun layar televisi menyajikan tampilan yang buram.
Tak lama kemudian, Romi pun mengantuk dan tertidur pulas, sementara media televisi belum dimatikan olehnya. Saya pun tertidur pulas di kamar bersama dengan istri dan putra-putriku, istri juga sudah kelelahan pasca bekerja sebelumnya. Pintu rumah yang kami tempati terkunci dan tidak ada satu pun yang terbuka, termasuk jendela. Kemudian, antara pukul 02.00 pagi hingga pukul 03.pagi, terdengar suara lembut memanggil namaku.
Saya tidak tahu sumber suara lembut tersebut berasal, apakah dari luar rumah atau hanya halusinasi saja. Tapi, suara yang memanggilku tersebut sangat jernih dan terdengar jelas di telinga plus membuatku bertanya-tanya. Saya belum bangun tidur untuk menanggapinya sehingga memilih untuk melanjutkan istirahat malam tersebut. Pelan dan pasti, suara yang memanggilku itu semakin jelas terdengar melalui telinggaku.
Meskipun suara atau panggilan tersebut terdengar jelas melalui telinga, tapi tidak membuat diriku takut atau kuatir. Namun bukan berarti saya menantang sumber suara gaib tersebut dan menyatakan perang terbuka, sama sekali tidak. Saya tetap tenang dan tidak panik serta memastikan apakah saya salah mendengar atau tidak? Tapi saya berpikir suara yang memanggilku jelas bukan sekedar suber yang sumbang.
Reaksiku untuk menanggapinya (Bagian 1)
Awalnya, suara ini terdengar lembut memanggil namaku, tapi saya mengacuhkannya karena saya pikir suara orang lain. Tentu, suara yang tidak ada kaitannya dengan namaku Stefan. Lagipula yang bernama Stefan bukan saya saja karena nama Stefan bisa berbagai bentuk, misalnya Stevan, Sefan, dan lainnya. Saya pun memilih melanjutkan tidur dan tidak mengindahkannya.
Ternyata suara atau panggilan tersebut pelan-pelan makin jelas terdengar, yang awalnya suara lembut berubah menjadi keras. Ironisnya, saya tetap mengacuhkannya karena saya berpikir bahwa panggilan tersebut yang berada di luar rumah dan memanggil temannya. Suara keras yang dimaksud laksana suara loudspeaker di telingaku, dan lagi-lagi saya memilih untuk tidak mengindahkannya.
Hingga suatu saat tertentu, suara tersebut memanggil keras namaku dan membangunkan sebelum pukul 04.00 pagi. Akhirnya, saya bangun dan melihat istri beserta putra-putriku masih tertidur pulas di ranjang tidur. Saya sengaja tak membangunkannya supaya tindak menganggu jadual tidur istri dan mulai mencari-cari hal apa yang kurang. Pasca saya mencari sudut yang minim, ternyata media televisi masih menyala dan Romi belum mematikannya.
Saya juga melakukan pemeriksaan pada sudut lain, seperti pintu dan jendela yang masih terbuka atau belum. Hasilnya, pintu dan jendela rumah terkunci rapat secara sempurna dan hanya menyisakan media televisi yang belum dimatikan. Saya langsung mematikan media televisi yang sempat menyala karena belum dimatikan adik iparku romi sebelumnya.
Pasca saya mematikan media televisi tersebut, maka segera langsung ke kamar untuk melanjutkan istirahat. Dan saya pun bangun kembali pada pukul 07.00 pagi hingga 08.00 pagi dan menceritakan kejadian tersebut kepada istri. Saya tidak menceritakan dan memilih menyembunyikan kisah tersebut dari adik ipar Romi supaya dirinya tidak merasa bersalah.
Reaksiku untuk menanggapinya (Bagian 2)
Tidak merasa bersalah karena lupa mematikan media televisi sebagai salah satu dampak hasrat mengantuk yang luar biasa. Saya juga tidak akan pernah menyalahkan adik ipar karena cukup menyudahi dengan mematikan televisi, itu sudah cukup. Perspektif tersebut sudah mengingatkannya secara halus dan tidak perlu menegur secara langsung. Istri pun kaget mendengar peristiwa tersebut dan tidak mendengar suara apapun yang terjadi pada dini hari.
Namun istri menyadari dan mengakui bahwa suara atau panggilan tersebut berasal dari perspektif yang positif. Dan bukan berasal dari perspektif yang jahat atau negatif yang berpotensi menuai masalah. Kami mengucap syukur kepadaNYA atas segala sesuatu yang bernilai positif. Dan berharap kejadian tersebut tidak terulang lagi baik oleh saya, Romi, istri, dan ke dua putraku pada masa mendatang.
Pasca kejadian tersebut, kami selalu berdoa kepadaNYA untuk dijauhkan hal yang buruk dan memperoleh berkatNYA. Dan menjalankan kehidupan berikutnya dengan durasi normal dan melakukan pemeriksaan listrik, air, pintu, jendela, dan lainnya. Pasca kejadian tersebut, tidak pernah lagi terdengar suara atau panggilan yang memanggil namaku Stefan. Semua berakhir dengan positif dan sehat.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Mendengar Suara Yang Membangunkanku
Selasa, 9 November 2021 19:13 WIBArtikel Terpopuler